Bulan Ramadhan diibaratkan sebagai tanah yang subur. Apapun yang Anda tabur akan tumbuh subur, kendati Anda tak menaburi lahan dengan pupuk, atau benih yang Anda tanam kurang berkualitas. Karena suburnya, sehingga kendati Anda tidak menabur, lahan itu pun akan dipenuhi alang-alang.
Ada juga yang mengibaratkan bulan suci itu sebagai bulan sale
[obral] yang supermarket-nya terdapat di mana-mana, serta terbuka
sepanjang saat menawarkan aneka komuditi dengan harga yang sangat sangat
murah. Yang dibutuhkan untuk meraihnya hanya melangkah satu dua
langkah. bahkan menampakkan keinginan pun walau tak melangkah dapat
mengundang pemilik supermarket mengirimkan sekian banyak hadiah untuk
merangsang Anda melangkah ke sana. Dalam bahasa agama, keinginan
tersebut dinamai niat yang tulus untuk berbuat kebajikan.
Banyak alternatif kebajikan yang dapat dilakukan di bulan suci ini.
Anda tak perlu terlalu sedih, jika salah satu yang inginkan tak dapat
Anda lakukan oleh satu dan lain hal. Saudara perempuanku! Anda tidak
perlu kecewa tidak berpuasa atau mengaji karena tamu bulanan mengunjungi
Anda!
Namun demikian kendati banyak lapangan kebajikan mengamalkan apa yang disukai Allah dan memilih prioritas amalan, adalah sesuatu yang sangat dianjurkan walau ini bukan berarti hanya berkonsenterasi penuh dalam amalan tersebut. Dalam berinteraksi dengan Allah, meski semua menguntungkan, tidak ada istilah high atau low risk selama memenuhi kreteria yang ditetapkan-Nya - namun bisa jadi ada situasi yang menjadikan jenis amalan tertentu lebih menguntungkan saat ini ketimbang saat lain. Di sinilah diperlukan kearifan dan perlombaan untuk saling mendahului.
Perlombaan/persaingan dalam kebajikan berbeda dengan persaingan dalam
dunia bisnis. Karena apa yang terhampar di alam raya ini sangat
terbatas dibanding dengan apa yang terdapat di sisi Allah. Bahkan bisa
jadi dalam dunia bisnis yang diperebutkan hanya satu tanpa ganti,
apalagi jika pandangan hanya tertuju kepada sekarang dan di sini. Ini
berbeda dengan berinteraksi dengan Allah yang bukan saja lapangan
pengabdian kepada-Nya tidak terbatas. Karena pandangan mestinya tidak
hanya di sini dan sekarang tetapi juga nanti dan masa datang di akhirat
sana. Apa yang di sisi kamu akan habis/lenyap, dan apa yang ada di
sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan
kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan. [QS 16: 96].
Allah memerintahkan berlomba dan bersaing dalam kebajikan [QS 2: 14].
Setelah memerhatikan sekian banyak tuntunan agama, para ulama
merumuskan bahwa La Itsra fi al-qurbah / Tidak perlu mengalah dalam hal
upaya mendekatkan diri kepada Allah. Ini karena lapangan pengabdian
kepada-Nya amat luas tidak terbatas. Sehingga jika Anda mempertahankan
upaya pengabdian yang Anda pilih, maka pihak lain, seandainya tidak
memperoleh kesempatan yang sama, masih dapat menemukan lapangan lain
yang tidak kurang nilainya dengan apa yang Anda lakukan. Memang jika
lapangan pengabdian tersebut oleh satu dan lain hal menjadi terbatas,
sedang ia amat dibutuhkan pihak lain, maka di sini akhlak Islam
menganjukan untuk memberi kesempatan atau mengalah kepadanya. Ketika itu
yang mengalah akan dianugerahi - tidak kurang dari apa yang mestinya
dapat ia peroleh, atau apa yang diperoleh oleh siapa yang diberinya
kesempatan itu. Dan dalam saat yang sama, yang memberi dapat melakukan
pengabdian lain yang tidak kurang nilainya dari apa yang direncanakannya
semula. Demikian, Wa Allah A’lam. []
BACK KE BAB GERENRAL ( Serba-Serbi )
BACK KE BAB GERENRAL ( Serba-Serbi )