Selama bulan puasa, sekian banyak aktivitas positif yang kita
lakukan. Sekian banyak pula kebiasaan lama yang kita tinggalkan.
Kesadaran akan kesalahan dan dosa pun telah kita bisikan kepada Allah,
diserta dengan tekad untuk tidak mengulanginya. Itu semua dalam rangka
menyucikan dan mengembangkan daya-daya positif kita sebagai hamba Allah
dan khalifah-Nya.
Banyak pelajaran yang kita raih dari Ramadhan. Ia telah mengajar kita
dan kita pun telah buktikan, bahwa apa yang pada mulanya terasa berat,
dari hari ke hari semakin ringan dan ringan, hingga tak lagi terasa
berat.
Melalui puasa juga kita buktikan nafsu bagaikan bayi. Memang pada mulanya ia meronta ketika akan disapih, tetapi jika ibu berkeras, pada akhirnya sang bayi menerima lalu melupakan tuntunannya.
Melalui puasa juga kita buktikan nafsu bagaikan bayi. Memang pada mulanya ia meronta ketika akan disapih, tetapi jika ibu berkeras, pada akhirnya sang bayi menerima lalu melupakan tuntunannya.
Puasa juga membuktikan bahwa jiwa kita setelah berhasil menahan
tuntutan nafsu-jiwa kita itu-memperoleh kenikmatan ruhani yang amat
menyenangkan melebihi kesenangan dan kenikmatan jasmani. Memang demikian
itulah jiwa manusia sehingga anak-anak dibawah umur pun merasakannya,
sampai-sampai tidak jarang mereka tetap berkeras untuk berpuasa kendati
ibu bapaknya melarang.
Selama Ramadhan kita merasa telah menemukan kembali fitrah kita yang
merupakan potensi spiritualitas yang dapat mengantar manusia menyadari
kesalahannya dan mengakuinya serta mendorongnya berhubungan dengan Zat
Yang Maha Tinggi itu.
Kegiatan positif yang selama ini kita lakukan, bahkan fitrah yang
kita temukan kembali itu harus diasah dan diasuh serta dikembangkan agar
tidak mereduksi kemanusiaanya dan tidak menyia-nyiakan potensinya.
Janga mengeluhkan buruknya lingkungan atau menjadikannya dalih.
Tetapi ciptakan lingkungan baru yang sehat. Baca dan tontonlah yang
bermanfaat. Pilihlah teman sejawat yang mau menegur, dan membimbing.
Tinggalkan keburukan dan tingkatkan amal serta pengabdian. Tidak harus
yang besar, yang kecilpun jadilah. Berpagi-pagi Rasul Saw mengajarkan
bahwa sedikit tetapi bersinambung lebih disukai Allah, dari pada banyak
hanya sesekali. Tidak usah amalan sunah yang sulit. Menyingkirkan secuil
sampah, bersedekah sebiji buah, bahkan senyum pun jadilah. Sebarkan
salam/kedamaian kepada yang dikenal dan tidak dikenal. Ucapkan
Subhanallah saat anda menemukan keindahan, Alhamdulillah saat merasakan
nikmat, Allahu Akbar ketika bertemu dengan kebesaran Allah, demikian
seterusnya. Islam tidak menuntut banyak, bahkan tidak membebani yang
berat. Karena memang Allah swt tidak menghendaki sedikit kesulitan pun
bagi hamba-hambanya bahkan sebaliknya menghendaki kemudahan [QS 2:185
dan QS 5:6]. Rasul Saw pun berkali-kali mengingatkan perlunya
berkualitas ketimbang yang berat.
Itu sedikit dari banyak kiat yang dapat kita lakukan mempertahan dan
meningkatkan kualitas pribadi kita dan menjadikan taubat kita di bulan
Ramadhan itu merupakan Taubatan Nashuha. Pernahkan anda tahu ada susu
yang telah kembali ke tempatnya sebelum diperah? Tidak bukan? Demikian
itulah dosa yang telah dikerjakan, tidak akan terulang kembali, layaknya
susu yang telah diperah itu. Demikian makna Taubatan Nashuha. Wa Allah Alam.
Oleh : M.Quraish Sihab
BACK KE BAB GERENRAL ( Serba-Serbi )
Oleh : M.Quraish Sihab
BACK KE BAB GERENRAL ( Serba-Serbi )